Muhammad Ridwan Alimuddin |
Setiap pamanku, Suradi Yasil, memulai tulisan, selalu kata “Bismillah” yang pertama ditulis. Karakter itu terus ada di dalam file. Dikeluarkan di file yang akan di cetak. Saya belum bisa menirunya. Jujur, meski sering “bismillah”, tapi lebih banyak “lupa-nya”, setiap akan menuliskan sesuatu.
Baru beberapa hari ini saya ingat bahwa saya telah melakukan kegiatan tulis menulis selama sepuluh tahun. Kerennya, satu dekade. Kalau artis, biasanya buat konser, Satu Dekade bla… bla … bla …
Ide satu dekade kebetulan saja muncul saat cari-cari momen untuk memperkenalkan portal yang servernya telah lama dibeli; portanya baru sebulan; aplodnya baru beberapa minggu ini.
Sejak saya mengenal dunia internet, 1998, sejak membuat alamat email yang masih saya gunakan sekarang, sandeqlopi@yahoo.com (belakangan saya buat juga di gmail), beberapa tulisanku tersimpan di dunia maya. Entah di mana, apakah di Amerika, Singpura, atau Kutub Utara. Sebab ada di dunia maya, biar di mana, saya bisa mencari tulisan-tulisan tersebut. Sederhananya, ada penyimpanan praktis. Tinggal masukkan kata kunci atau cari di “sent”.
Cara kuno itu tetap saya gunakan sekarang. Tapi belakangan ada website yang banyak memuat tulisan saya, yakni www.panyingkul.com, www.mandarnews.com(tapi ini sudah tdk bisa diakses lagi), www.facebook.com, www.kompasiana.com, dan www.koranmandar.com. Selain agar tulisan bisa dibaca publik, juga agar tulisan saya tersebut tersimpan. Mengandalkan hardisk komputer atau media lain seperti CD, HD eksternal, flasdisk agak bahaya juga. Misal rumah kebakaran, itu semua pasti sirna. Kalau ada di dunia maya, penyebab utk hilang data memang ada tapi kecil. Lagian data yang saya aplod ke internet bukan data super rahasia. Tulisan saja.
Saya sendiri biasa pusing mencari data tulisan. Apalagi kalau ada teman yang tanya tentang sesuatu. Yang biasa saya lakukan, saya cari file di komputer untuk kemudian menjadikannya attach saat kirim email ke teman yang tanya. Atau, kalau ada di internet, tinggal saya kasih link-nya.
Agar keribetan tersebut tdk terjadi lagi dan juga untuk memudahkan teman2 mengakeses tulisan saya, atau yang iseng mengetahui pikiran2 saya (hehehe), saya inisiatif membuat web pribadi. Isinya sederhana saja, menghimpun tulisan-tulisan saya yang berserakan.
Singkat cerita, alamat sudah ada, tinggal diisi. Setiap ada waktu luang, saya kumpulkan file-file tulisan saya selama ini (untung saya rajin simpan, jadi setiap tulisan yang saya buat belum pernah ada yang hilang atau terhapus), saya simpan ke dalam satu folder-file. Ketika online, tulisan2 saya cut dari Word lalu paste ke dalam kotak untuk aplod tulisan, “publish”.
Setidaknya ada 17 kategori yang telah saya buat saat tulisan ini dibuat. Itu untuk mengelompokkan tulisan2, agar mudah mencarinya. Ada beberapa tulisan yg kategorinya silang-menyilang, ada di ttg budaya, juga ada di laut, nusantara, perjalanan. Ada juga yg tdk, misalnya gadget.
Gampangnya, jika cari tulisan, masukkan saja kata kunci di kotak pencarian. Maka akan terekomendasi beberapa tulisan.
Sebelum tulisan pengantar ini saya buat, ke dalam portal tersebut telah ter-upload 318 artikel. Sebagian besar adalah artikel lama, ada yg awal tahun 2000an. Sebagian besar telah pernah termuat di media massa dan buku-buku yang saya tulis, khususnya ttg sandeq, mandar nol kilometer, dan mengapa kita belum cinta laut. Adapun Orang Mandar Orang Laut secara tersurat tidak ada, tapi sebenarnya tersirat ada. Seperti catatan perjalanan “motangnga”.
Sampai tanggal 12 desember ini, portal ini memuat kira-kira 70% tulisan yg telah saya buat. Masih ada yg belum, misalnya isi naskah Laut, Ikan dan Tradisi: Kebudayaan Bahari Mandar yang tebalnya 600san halaman, catatan riset tentang pemboman ikan, dan catatan pelayaran Ekspedisi The Sea Great Journey (saya sampai Malaysia saja) dan Ekspedisi Garis Depan Nusantara.
Yang telah saya aplod memang agak mudah, sebab tulisan pendek-pendek, kalau yang belum saya potong-potong dulu agar memudahkan. Dan itu butuh waktu khusus.
Setidaknya saya telah menulis empat buku. Ada untungnya, ada juga ruginya. Ya, itu dari segi materi. Butuh dana untuk cetak, tapi kalau pemasaran oke, untung betul. Tapi kalau profit yang diutamakan, agak susah. Sebab ilmu pengetahuan lama tersimpan. Kalau mati padahal belum terpublikasi, kan rugi sendiri.
Dan kalau dipikir-pikir, jika buku hanya dicetak 1000-2000 eksemplar, maka orang yang baca juga tak jauh dari angka-angka itu. Tapi kalau dimuat di web, maka yang baca bisa ribuan. Enaknya lagi, itu terukur. Teknologi memudahkan agar kita tahu jumlah klik ke artikel kita.
“Rugi-nya”, orang bebas copy tulisan tanpa memberikan materi biar sepersen pun. Bagi saya pribadi tidak apa-apa. Saya tak akan kelaparan dan jatuh miskin gara-gara berbuat seperti ini. Jika saya hutang saya lunas dan portal ini telah memuat 90% tulisan yang pernah saya buat selama saya hidup, untuk mati sudah tenang. Telah ada saya wariskan kepada anak saya. Hitung-hitung kepada Mandar dan Nusantara!
Semoga bermanfaat http://ridwanmandar.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar