Mengenal Perahu Tercepat Sedunia: Sandeq!

*** Sandeq adalah Mandar, karena sandeq lahir dari suku Mandar. Sebelumnya, perahu mereka bernama Pakur, yakni jenis perahu bercadik masih kasar bentuknya dan lebih lebar. Pakur kemudian berevolusi, menjadi sandeq.

Saqbe Mandar

Mempertanyakan Defenisi “Saqbe Mandar” (01): Sutra Palsu dan Sutra Abal-abal

Saeyyang Pattuqduq Mandar

Penyelenggaraan tradisi saeyyang pattuqduq bagi orang Mandar lebih merupakan apresiasi positif masyarakat dalam hal ini orang tua anak yang telah khatam bacaan Qurannya.

Fotografer Mandar

Setahu saya, masyarakat umum terdidik (baca: yang pernah menempuh pendidikan sampai universitas) Tinambung yang memiliki minat terhadap fotografi (bukan sebagai pekerjaan, tapi sebagai hobby) era 90-an hanya ada dua, yaitu Asmadi Alimuddin dan Syariat Tadjuddin

Baharuddin Lopa

Baharuddin Lopa Sang Pendekar Hukum Dari Tanah Mandar

Festival Sungai Mandar 2015

"Dengan Sungai Aku Mencintaimu"

Suku Mandar Dalam Wikipedia

"Suku Mandar adalah kelompok etnik di Nusantara, tersebar di seluruh pulau Sulawesi , yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara, juga tersebar di beberapa provinsi di luar sulawesi seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Malaysia."

Abrasi Pantai "Assapambusuangan" di Desa Sabang Subik

"Kontroversi Penanggulangan Abrasi Pantai "Assapambusuangan" di Desa Sabang Subik."

Minggu, 22 Maret 2015

Pantai Perawan "GONDA"

Kalau bicara tentang pantai GONDA, pasti akan banyak yang langsung bertanya "pantai GONDA itu di mana ?". Memang pertanyaan tersebut tidaklah salah karena belum banyak orang yang berkunjung ke tempat ini, Namun kali ini saya ingin bercerita sekaligus mengulas habis apa yang nampak di kedua bola mata saya tentang pantai GONDA. 
Pesona keindahan pantai GONDA yang tak jauh dari pantai labuang dan pantai palippis tepatnya di dusun Gonda, desa Laliko, kec Campalagian kabupaten Polewali mandar. Untuk bisa sampai ke pantai GONDA dari terminal kecamatan wonomulyo bisa ditempuh selama 30 menit dengan menggunakan mobil atau sepeda motor menuju campalagian, tak perlu repot karna lokasi pantai GONDA hanya berjarak 200 meter dari jalan poros mejene, depan pos polisi kehutanan campalagian.

Pantai Gonda, Kecamatan Campalagian Kab. Polewali Mandar

Keunikan pantai GONDA dari sektor pesisir adalah hutan mangrove-nya yang membentang panjang meliuk mengikuti bibir pantai, yang tak lain juga berfungsi sebai pelindung bagi tambak warga sekitar dari pengikisan air laut (abrasi). untuk menikmati keindahan hutan mangrove di pesisir pantai GONDA anda dapat menggunakan lepa-lepa (sampan), tapi jika ingin lebih detail mengetahui tentang tanaman mangrove, ada baiknya kalau anda menyisiri pesisir pantai dengan berjalan kaki "tentunya dengan jasa guide", tapi harus tetap berhati-hati karna di sekitar hutan mangrove ada banyak tiram yang dapat melukai kaki anda, sangat di anjurkan menggunakan sandal/sepatu.
Tak sampai di situ karna anda juga bisa berkeliling mengitari birunya laut dengan menggunakan perahu yang dapat ditemukan di sepanjang pantai yang disewakan oleh para penduduk sekitar. tarif yang di kenakan-pun cukup murah yaitu Rp 50.000 dan sekali perjalanan dengan durasi waktu sekitar 1 - 2 jam, anda tak perlu merasa jenuh karna pengemudi perahu akan menunjukkan pada anda spot-spot menarik, baik hanya untuk berjalan-jalan mencuci mata ataupun untuk di jadikan lokasi snorkling.


Nemo dibawah laut Gonda

Kita dapat melakukan berbagai aktivitas, mulai dari berjemur di pantai, berenang, menyelam, memancing, Kita juga dapat berjalan-jalan mengitari pantai GONDA dengan berjalan kaki mengikuti garis pantai,atau hanya sekadar bermain-main saja. Di sekitar perairan pantai GONDA juga bisa ditemukan berbagai macam terumbu karang yang penuh dengan spesies ikan yang unik, lucu, berwarna-warni, dan kalau kita beruntung kita dapat melihat penyu , lobster. Namun perlu diingat juga bahwa harus ekstra hati-hati, karena di beberapa tempat pantai ini memiliki karang-karang yang tajam.
Sedikit informasi bahwa pantai GONDA ini memiliki bentang panjang hutan mangrove kurang lebih 1,46 km, yang berpenghuni tetap sekitar 150 kepala keluarga dan hanya sekitar 35 kepala keluarga yang berdiam di sekitar pesisir pantai. Bila ke sana, jangan berpikir bahwa akan menemukan fasilitas mewah, yang kita temukan hanyalah beberapa fasilitas berupa beberapa rumah pohon dengan kapasitas maksimal 6 orang, serta tempat menyewa perahu untuk melakukan aktifitas di laut. 


Terumbuh Karang

Tak ada warung ataupun rumah makan yang menyediakan makanan. jadi untuk para wisatawan lokal ada baiknya sebelum ke tempat ini anda belanja kebutuhan anda terlerlebih dahulu. Tapi sekalipun tempatnya sederhana dan jauh dari segala macam kemewahan, kombinasi pemandangan pantai dengan hutan mangrove di sekitarnya serta situasi yang tenang, nyaman, dan keramahan warga setempat memiliki daya tarik tersendiri yang membuat kita betah tinggal berlama-lama di pantai ini. Saya masih belum puas rasanya mengeksplor pantai ini. Ingin rasanya kembali ke sana dan menikmati semua keindahan yang ada di sana. =>‪#‎BERSAMBUNG‬
‪#‎mari_ke_gonda‬
‪#‎Liat_hutan_mangrove‬
‪#‎Liat_coral‬
‪#‎Liat_indahnya_alam‬
‪#‎SALAM_TRAVELER‬

Sumber : https://www.facebook.com/groups/914981505196888/permalink/1012346278793743/
Penulis : Muhammad Abrar 

Minggu, 01 Maret 2015

Suku Mandar Dalam Wikipedia



Suku Mandar adalah kelompok etnik di Nusantara, tersebar di seluruh pulau Sulawesi , yaitu Sulawesi BaratSulawesi Selatan,Sulawesi TengahSulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara, juga tersebar di beberapa provinsi di luar sulawesi seperti Kalimantan SelatanKalimantan TimurJawa dan Sumatera bahkan sampai ke Malaysia.
Mandar ialah suatu kesatuan etnis yang berada di Sulawesi Barat. Dulunya, sebelum terjadi pemekaran wilayah, Mandar bersama dengan etnis Bugis, Makassar, dan Toraja mewarnai keberagaman di Sulawesi Selatan. Meskipun secara politis Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan diberi sekat, secara historis dan kultural Mandar tetap terikat dengan “sepupu-sepupu” serumpunnya di Sulawesi Selatan. Istilah Mandar merupakan ikatan persatuan antara tujuh kerajaan di pesisir (Pitu Ba’ba’na Binanga) dan tujuh kerajaan di gunung (Pitu Ulunna Salu). Secara etnis Pitu Ulunna Salu atau yang biasa dikenal sebagai Kondosapata tergolong ke dalam grup Toraja (Mamasa dan sebagian Mamuju), sedangkan di Pitu Ba’ba’na Binanga sendiri terdapat ragam dialek serta bahasa yang berlainan. Keempat belas kekuatan ini saling melengkapi, “Sipamandar” (menguatkan) sebagai satu bangsa melalui perjanjian yang disumpahkan oleh leluhur mereka di Allewuang Batu di Luyo.
Rumah adat suku Mandar disebut Boyang. Perayaan-perayaan adat diantaranya Sayyang Pattu'du (Kuda Menari), Passandeq(Mengarungi lautan dengan cadik sandeq), Upacara adat suku Mandar , yaitu "mappandoe' sasi" (bermandi laut). Makanan khas diantaranya Jepa, Pandeangang Peapi, Banggulung Tapa, dll.
Suku Mandar terdiri atas 17 (kerajaan) kerajaan, 7 (tujuh) kerajaan hulu yang disebut "Pitu Ulunna Salu", 7 (tujuh) kerajaan muara yang disebut "Pitu ba'bana binanga" dan 3 (tiga) kerjaan yang bergelar "Kakarunna Tiparittiqna Uhai".
Tujuh kerajaan yang tergabung dalam wilayah Persekutuan Pitu Ulunna Salu adalah :
  1. Kerajaan Rante Bulahang
  2. Kerajaan Aralle
  3. Kerajaan Tabulahang
  4. Kerajaan Mambi
  5. Kerajaan Matangnga
  6. Kerajaan Tabang
  7. Kerajaan Bambang
Tujuh kerajaan yang tergabung dalam wilayah Persekutuan Pitu Baqbana Binanga adalah :
  1. Kerajaan Balanipa
  2. Kerajaan Sendana
  3. Kerajaan Banggae
  4. Kerajaan Pamboang
  5. Kerajaan Tapalang
  6. Kerajaan Mamuju
  7. Kerajaan Benuang
Kerajaan yang bergelar Kakaruanna Tiparittiqna Uhai atau wilayah Lembang Mapi adalah sebagai berikut :
  1. Kerajaan Alu
  2. Kerajaan Tuqbi
  3. Kerajaan Taramanuq
Di kerajaan-kerajaan Hulu pandai akan kondisi pegunungan sedangkan kerajaan-kerajaan Muara pandai akan kondisi lautan. Dengan batas-batas sebelah selatan berbatasan dengan Kab. PinrangSulawesi Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Kab. TorajaSulawesi Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Kota PaluSulawesi Tengah dan sebelah barat dengan selat Makassar.
Sepanjang sejarah kerajaan-kerajaan di Mandar, telah banyak melahirkan tokoh-tokoh pejuang dalam mempertahankan tanah melawan penjajahan VOC seperti: Imaga Daeng Rioso, Puatta i sa'adawang, Maradia Banggae, Ammana iwewang, Andi Depu, meskipun pada akhirnya wilayah Mandar berhasil direbut oleh pemerintah VOC.
Dari semangat suku Mandar yang disebut semangat "Assimandarang" sehingga pada tahun 2004 wilayah Mandar menjadi salah satu provinsi yang ada di Indonesia yaitu provinsi Sulawesi Barat.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandar

KODE ETIK KEPARIWISATAAN DUNIA


P E M B U K A A N
Kami para anggota Organisasi Kepariwisataan Dunia (World Tourism
Organization), perwakilan industri pariwisata dunia, para delegasi Negara,
teritorial, perusahaan, institusi dan lembaga yang menghadiri Sidang Umum di
Santiago, Chili, tanggal 1 Oktober 1999;
Menegaskan kembali bahwa tujuan-tujuan yang tercantum dalam pasal 3 Anggaran
Dasar Organisasi Kepariwisataan Dunia, dan menyadari peran “penting dan menentukan”
dari Organisasi ini, seperti diakui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk
mendorong dan mengembangkan kepariwisataan dalam rangka memberikan sumbangan
terhadap pengembangan ekonomi, pengertian antar bangsa, perdamaian, kesejahteraan,
menghormati dan mematuhi nila-nilai Universal Hak Azasi Manusia dan kebebasan yang
mendasar bagi semua, tanpa adanya perbedaan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama;
Meyakini dengan sesungguhnya bahwa melalui hubungan yang langsung, spontan dan
tanpa perantara dapat meningkatkan hubungan antar pria maupun wanita dari berbagai
budaya dan gaya hidup. Kepariwisataan merupakan kekuatan yang sangat penting untuk
menciptakan perdamaian dan faktor untuk membangun persahabatan serta saling
pengertian antar penduduk di dunia;
Menimbang bahwa eratnya hubungan kepariwisataan dengan pelestarian lingkungan,
pembangunan perekonomian dan upaya untuk mengentaskan kemiskinan secara
berkelanjutan, seperti dirumuskan dan telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
tahun 1992 dalam “Konferensi Tingkat Tinggi tentang Bumi” di Rio de Janeiro dan
dicantumkan dalam “Agenda 21”;
Mempertimbangkan terjadinya perubahan yang cepat dan terus tumbuhnya
kepariwisataan di masa lalu maupun di masa mendatang untuk tujuan berlibur, bisnis,
kebudayaan, keagamaan atau kesehatan, serta pengaruhnya yang kuat baik secara positif
maupun negatif terhadap lingkungan, perekonomian dan masyarakat baik bagi negara
sumber wisatawan maupun negara penerima wisatawan, terhadap masyarakat lokal dan
penduduk asli, dan juga terhadap hubungan internasional maupun perdagangan;
Bertujuan untuk memajukan kepariwisataan yang bertanggung-jawab, berkelanjutan dan
kepariwisataan yang terbuka secara universal dalam kerangka hak setiap orang untuk
mengisi waktu luangnya, berekreasi atau melakukan perjalanan sebagai pilihan
masyarakat dari seluruh penduduk;
Mempunyai keyakinan bahwa industri pariwisata dunia secara keseluruhan mempunyai
banyak kemanfaatan dengan melaksanakannya dalam suatu suasana yang
menguntungkan ekonomi pasar, perusahaan swasta, perdagangan bebas, dan itu
semuanya diarahkan untuk mengoptimalkan dampak kemanfaatannya dalam menciptakan
kesejahteraan dan penciptaan lapangan kerja;

Selengkapnya Silahkan 

Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2010-2014



Dalam rangka perwujudan amanat Peraturan Presiden RI no 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 serta sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga diwajibkan menyusun Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang yang merupakan penjabaran dari visi dan misi Kementerian/Lembaga dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional secara menyeluruh.

Dalam kaitan dengan hal tersebut di atas, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kembudpar) telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2010 " 2014 (Renstra Kembudpar 2010 " 2014) yang memuat visi, misi, nilai-nilai, penilaian dan kajian lingkungan eksternal dan internal, tujuan, sasaran dan faktor kunci keberhasilan, serta strategi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dari tahun 2010 sampai dengan 2014 sebagai upaya memberikan informasi yang akuntabel dan terpercaya manyangkut program dan kegiatan untuk mencapai target dan sasaran pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan nasional.

Dalam perjalanan waktu, Renstra tersebut mengalami revisi atau penyempurnaan. Review Renstra ini disusun untuk lebih mempertajam arah kebijakan, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, khususnya dengan memuat indikator kinerja untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan kinerja di lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Dengan berpedoman dengan Renstra ini, seluruh satuan kerja di lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dapat menyelenggarakan kegiatan secara lebih sistematis, konsisten, dan seimbang sehingga pencapaian kinerja rencana strategis yang telah ditetapkan ini dapat dengan mudah diukur.


Sumber : http://www.parekraf.go.id/